Senin, 20 Februari 2012

MENGENANG LETUSAN GUNUNG AGUNG

Gunung Agung yang memiliki ketinggian  +/- 4000 m di atas permukaan laut merupakan Gunung tertinggi di Bali, banyak dipakai sebagai kiblat persembahyangan umat Hindu di Bali karena di lerengnya berdiri pura Besakih sebuah pura yang disungsung oleh umat Hindu di Indonesia. Banyak generasi yang lahir tahun 1960-an sampai sekarang hanya mendengar kehebatan letusan Gunung Agung dari mulut ke mulut dan hanya dapat menyaksikan bukti-bukti letusan berupa aliran sungai yang banyak mengandung material letusan di sekitar karangasem dan klungkung. Sebagai kilas balik untuk menambah pengetahuan generasi sekarang, penulis mencoba menuliskan sejarah letusan Gunung Agung yang disarikan dari berbagai sumber terutama dari dokumentasi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Gunung Agung diketahui meletus sebanyak 4 kali sejak tahun 1800. Letusan pertama di tahun 1808, Gunung Agung melontarkan jumlah abu dan batu apung yang sangat banyak. Letusan kedua di tahun 1821 merupakan letusan normal dan pada tahun 1843 terjadi letusan ketiga yang didahului oleh terjadinya gempa bumi. Pada letusan ketiga ini material yang dimuntahkan disamping abu dan batu apung juga banyak memuntahkan material pasir.

Letusan keempat pada tahun 1963 merupakan letusan yang paling banyak dicatat, merupakan letusan dengan durasi/waktu yang cukup lama ( sekitar 1 tahun), letusan dimulai pada tanggal 18 Pebruari 1963 dan berakhir pada tanggal 27 Januari 1964 dengan jumlah korban jiwa 1.148 orang dan 296 luka-luka.
Letusan pertama sampai keempat memiliki karakter yang hampir sama. Pola dan sebaran hasil letusan sebelum tahun 1808, 1821, 1843, dan 1963 menunjukkan tipe letusan yang bersifat eksplosif (letusan, dengan melontarkan batuan pijar, pecahan lava, hujan piroklastik dan abu), dan efusif berupa aliran awan panas, dan aliran lava (Sutukno B., 1996).


Kronologi Letusan tahun 1963
Lama letusan Gunung Agung tahun 1963 berlangsung hampir 1 tahun, yaitu dari pertengahan Pebruari 1963 sampai dengan 26 Januari 1964.
Berikut Kronologi letusan tahun 1963 (sumber : Departemen ESDM)


16 Pebruari 1963
Terasa gempa bumi ringan oleh penghuni beberapa Kampung Yehkori (lk. 928 m dari muka laut) di lereng selatan, kira-kira 6 km dari puncak Gunung Agung.
17 Pebruari 1963
Terasa gempa bumi di Kampung Kubu di pantai timur laut kaki Gunung pada jarak lk. 11 km dari lubang kepundannya
18 Pebruari 1963
Kira-kira pukul 23.00  di pantai utara terdengar suara gemuruh dalam tanah
19 Pebruari 1963
Pukul 01.00 terlihat gumpalan asap dan bau gas belerang
Pukul 03.00 terlihat awan yang menghembus dari kepundan,makin hebat bergumpal-gumpal dan dua jam kemudian mulai terdengar dentuman yang nyaring untuk pertama kalinya. Suara yang lama bergema ini kemudian disusul oleh semburan batu sebesar kepalan tangan dan diakhiri oleh sembuaran asap berwarna kelabu kehitam-hitaman .
Sebuah bom dari jauh tampak sebesar buah kelapa terpisah dari yang lainnya dan dilontarkan lewat puncak ke arah Besakih.
Penghuni Desa Sebudi dan Nangka di lereng selatan mulai mengungsi, terutama tidak tahan hawa sekitarnya yang mulai panas dan berbau belerang itu.
Di sekitar Lebih, udara diliputi kabut, sedang abu mulai turun. Air di sungai mulai turun. Air di sungai telah berwarna coklat dan kental membawa batu dengan suara gemuruh, tanda lahar hujan permulaan. Penghuninya tetap tenang dan melakukan persembahyangan.
Pukul 10.00 terdengar lagi suara letusan dan asap makin tebal. Pandangan ke arah Gunung terhalang kabut, sedang hujan lumpur mulai turun di sekitar lerengnya.
Di malam hari terlihat gerakan api pada mulut kawah, sedangkan kilat sambung-menyambung di atas puncaknya.
20 Pebruari 1963
Gunung tetap menunjukkan gerakan berapi
06.30 terdengar suara letusan & terlihat lemparan bom lebih besar.
07.30 penduduk Kubu mulai panik, banyak diantara mereka mengungsi ke Tianyar, sedangkan penghuni dari lereng selatan pindah ke Bebandem dan Selat.
21 Pebruari 1963
Asap masih tetap tebal mengepul dari kawah.
Pukul 12.30 tampak leleran lava ke arah Blong di utara
22 Pebruari 1963
Kegiatan terus menerus berupa letusan asap serta loncatan api dan suara gemuruh.
23 Pebruari 1963
Pukul 08.30 sekitar Besakih, Rendang dan Selat dihujani batu kecil serta tajam, pasir serta abu.
24 Pebruari 1963
Hujan lumpur lebat turun di Besakih mengakibatkan beberapa bangunan Eka Dasa Rudra roboh. Penduduk Temukus mengungsi ke Besakih. Awan panas letusan turun lewat Tukad Daya hingga di Blong.
25 Pebruari 1963
Pukul 15.15 awan panas turun di sebelah timur laut lewat Tukad Barak dan Daya. Lahar hujan di Tukad Daya menyebabkan hubungan antara Kubu dan Tianyar terputus.
Desa Bantas-Siligading dilanda awan panas mengakibatkan 10 orang korban. Lahar hujan melanda 9 buah rumah di Desa Ban , korban 8 orang.
26 Pebruari 1963
Lava di utara tetap meleler. Lahar hujan mengalir hingga di Desa Sogra, Sangkan Kuasa.
Asap tampak meningkat dan penduduk Desa Sogra, Sangkan Kuasa, Badegdukuh dan     Badegtengah mengungsi ke selatan.
Di Lebih hujan yang agak kental dan gatal turun. Lahar terjadi di sekitar Sidemen. Juga lahar mengalir di utara di Tukad Daya dan Tukad Barak. Pukul 18.15 hujan pasir di Besakih.
Pagi diliputi hawa belerang yang tajam sekali.Penduduknya mengungsi ke Babandem.
Kemudian kegiatan Gunung  Agung ini terus menerus berlangsung, boleh dikatakan setiap hari hujan abu turun, sementara sungai mengalirkan lahar dan lava terus meleler ke utara.
17 Maret 1963
Merupakan puncak kegiatan. Tinggi awan letusan mencapai klimaksnya pada pk. 05.32.
Pada saat itu tampak awan letusannya menurut pengamatan dari Rendang sudah melewati Zenith dan keadaan ini berlangsung hingga pukul 13.00.
Awan panas turun dan masuk ke Tukad Yehsah, Tukad Langon, Tukad Barak dan Tukad Janga di selatan. Di utara Gunung sejak pukul 01.00 suara letusan terdengar rata-rata setiap lima detik sekali. Awan panas turun bergumpal-gumpal menuju Tukad Sakti, Tukad Daya dan sungai lainnya di sebelah utara.
Mulai pukul 07.40 lahar hujan terjadi mengepulkan asap putih, dan ini berlangsung hingga pukul 08.10.
Pukul 08.00 turun hujan abu, pada pukul 09.20 turun hujan kerikil, dan sementara itu awan panas pun turun bergelombang.
Pada pukul 11.00 hujan abu makin deras hingga penglihatan sama sekali terhalang.
Pada pukul 12.00 lahar yang berasap putih itu mulai meluap dari tepi Tukad Daya. Baru pukul 12.45 hujan abu reda dan kemudian pukul 15.30 suara letusan pun berkurang untuk selanjutnya hilang sama sekali.
Adapun sungai yang kemasukan awan panas selama puncak kegiatan ini adalah sebanyak lk. 13 buah di lereng selatan dan 7 buah di lereng utara. Jarak terjauh yang dicapainya adalah lk.14 km, ialah di Tukad daya di utara. Sebelah barat dan timur Gunung bebas awan panas.
Lamanya berlangsung paroksisma pertama ini yakni selama lk. 10 jam yakni dari pukul     05.00 hingga pukul 15.00.
21 Maret 1963
Kota Subagan, Karangasem terlanda lahar hujan hingga jatuh korban lk. 140 orang. Setelah letusan dahsyat pada tanggal 17 Maret ini, maka aktivitasnya berkurang, sedang suara gemuruh yang tadinya terus menerus terdengar hilang lenyap. Demikian leleran lava ke utara berhenti pada garis ketinggian 501,64 m dan mencapai jarak lk. 7.290 m dari puncak.
16 Mei 1963
Paroksisma kedua diawali oleh letusan pendahuluan, mula-mula lemah dan lambat laun     bertambah kuat. Pada sore hari 16 Mei, kegiatan meningkat lagi terus menerus, hingga mencapai puncaknya pada pukul 17.07. Pada umumnya kekuatan letusan memuncak untuk kedua kali ini tidak sehebat yang pertama. Awan letusannya mencapai tinggi lk. 10.000 m di atas puncak, sedang pada pukul 17.15 hujan lapili mulai turun hingga pukul 21.13. Sungai yang kemasukan awan panas adalah sebanyak 8 buah, 6 di selatan dan 2 di utara. Jarak paling jauh yang dicapai lk. 12 km yakni di Tukad Luah, kaki selatan. Lamanya berlangsung paroksisma lk. 6 jam, yakni dari pukul 16.00 hingga sekitar pukul 21.00.
Nopember 1963
Tinggi asap solfatara/fumarola mencapai lk. 500 m di ats puncak. Sejak Nopember warna asap letusan  adalah putih.
10 Januari 1964
Tinggi hembusan asap mencapai 1500 m di atas puncak
26 Januari 1964
Pk. 06.50 tampak kepulan asap dari puncak Gunung  Agung berwarna kelabu dan kemudian pada pukul 07.02, 07.05 dan 07.07 tampak lagi letusan berasap hitam tebal serupa kol kembang, susul menyusul dari tiga buah lubang, mula-mula dari sebelah barat lalu sebelah timur mencapai ketinggian maksimal lk. 4.000 m di atas puncak. Seluruh pinggir kawah tampak ditutupi olaeh awan tersebut. Suara lemah tetapi terang terdengar pula.
27 Januari 1964
Kegiatan Gunung  Agung berhenti
Produk Letusan 1963
Gunung Agung selama letusan tahun 1963 mengeluarkan beberapa material sebagai produk letusan berupa lahar hujan, lava, awan panas dan material produk letusan lainnya. Sebagai penangkap hujan angin tenggara (sesuai letak geografis), Gunung Agung mengeluarkan lahar hujan yang besar dimulai di lereng utara, kemudian di lereng timur menenggara untuk kemudian lambat laun bergeser ke jurusan barat dan mencapai klimaksnya di lereng selatan barat daya.  Lahar besar ke selatan mulai meluas pada ketinggian 500 m antara Rendang dan Padangkerta. Kemudian di bawah Tukad Jangga, yakni di Tukad Krekuk dan Jasi, Bugbug dan akhirnya di Tukad Unda.
Disamping lahar hujan, juga terdapat leleran lava panas yang terjadi antara 19 Pebruari dan 17 Maret 1963 yang mengalir dari kawah utama di puncak ke utara, lewat tepi kawah yang paling rendah, berhenti pada garis ketinggian 505,64 m dan mencapai jarak lk. 7.290 m. Isi lava tersebut ditaksir sebanyak lk. 339,235 juta m3.
ga134rev
Korban Tewas
Awan panas yang dihasilkan Gunung  Agung terdiri atas dua macam, yakni awan panas letusan dan awan panas guguran. Awan panas letusan terjadi pada waktu ada letusan besar. Pada waktu itu bagian bawah dari tiang letusan yang jenuh dengan bahan Gunung api melampaui tepi kawah dan meluncur ke bawah. Bergeraknya melalui bagian yang rendah di tepi kawah selanjutnya mengikuti sungai.
Kecepatan dari awan letusan ini rata-rata 60 km per jam dan di sebelah selatan mencapai jarak paling jauh 13 km ( di Tukad Luah)  dan di sebelah utara 14 km (di Tukad Daya).


Daerah yang terserang awan panas letusan pada kegiatan 1963 terbatas pada lereng selatan dan utara saja, karena baik di barat maupun di sebelah timur kawah ada sebuah punggung. Kedua punggung ini memanjang dari barat ke timur.  Awan panas letusan yang melampaui tepi kawah bagian timur dipecah oleh punggung menjadi dua jurusan ialah timur laut dan tenggara.
Demikian awan panas di sebelah barat dipecah oleh punggung barat ke jurusan baratdaya dan utara. Awan panas letusan yang terjadi selama kegiatan 1963 telah melanda tanah seluas lk.70km2 dan menyebabkan jatuh 863 korban manusia.


Korban Kegiatan Gunung Agung
Menurut Suryo (1965,p.22-26) ada 3 sebab gejala yang menyebabkan jatuh korban selama kegiatan Gunung  Agung dalam 1963, yakni akibat awan panas, piroklastika dan lahar. Data korban manusia diperlihatkan pada tabel berikut :
 Jumlah korban manusia 

Penyebab
Jumlah korban (orang)
Meninggal
Luka
Awan panas
820
59
Piroklastika (hujan api pijar, batu,pasir dll)
163
201
Lahar
165
36
Jumlah
1.148
296

                                                      Sumber : Dep. ESDM RI

Suasana Pelabuhan Buleleng (kesibukan pengungsi)
Kerugian lain akibat letusan Gunung  Agung tahun 1963
Penyebab
Jenis korban
Awan panas







Lahar





Eflata
54 buah klasiran dan banjar telah menderita kerusakan.
45 kampung terlanda, diantaranya 12 buah musnah, sisanya rusak sebagian
1.963 buah rumah dan gubug terlanda.
75 ha sawah dan 2.201,63 ha ladang terlanda
1.167 ekor ternak dan 10.918 ekor unggas

2.567 ekor ternak
1.382 ekor unggas
21 kampung, 5 diantaranya musnah
4.172 rumah
1359.685 ha sawah dan 870 ha lading

150 ekor ternak
2.617 ekor unggas
1.564 rumah tertimbun, terbakar dan rusak
53.983.00 ha ladang tertimbun
11.745.00 ha hutan rusak
                         Sumber : Dep. ESDM RI

Kehebatan dan Energi  
Kusumadinata (1964) telah menghitung energi dan  kehebatan letusan Gunung  Agung tahun 1963 dengan hasil sebagai berikut:

Kehebatan
Volume bahan letusan
Berat jenis
Energi Kalor yang dilepaskan
Kesetaraan bom atom
Kebesaran letusan
: IV (H.Suya, 1955)
: 0,83 km3 (V)
: 2,3 (d)
: 2,189.1025 erg (Eth)
: 2605,9 (Ae)
: 8,99
          Sumber : Dep. ESDM RI

Foto - foto dalam artikel ini bersumber dari : Pemda Bali



Tidak ada komentar:

Posting Komentar